Badan Pusat Statistik atau BPS mengumumkan ekspor non-migas di bulan Juni dibandingkan Mei 2022 naik sebesar 22,71 persen. Nilai ekspor non-migas mencapai US $ 24,56 miliar. Komoditas terbesar adalah lemak atau minyak hewani/nabati, meningkat sebesar US$ 2,54 juta atau naik 300,66 persen.
"Negara negara tujuan ekspor lemak atau minyak hewani nabati ini adalah Tiongkok, Pakistan, dan India," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 15 Juli 2022.
Peringkat ekspor non-migas tertinggi selanjutnya adalah HS 87 yaitu industri kendaraan dan bagiannya. Peningkatan ekspornya mencapai US$ 278,5 juta. Kemudian ekspor HS 27 atau bahan bakar mineral yang meningkat US$ 258 juta. Lalu ekspor HS 64 yaitu alas kaki, meningkat US$ 189,3 juta. Selanjutnya, ekspor HS 62 yaitu pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) meningkat US$ 146,8 juta.
Adapun sektor non-migas menyumbang 94,13 persen dari total ekspor Juni 2022.
Jika dilihat per sektornya, kata Margo, ekspor sektor pertanian dan kehutanan meningkat 23,30 persen. Nilai ekspornya mencapai US$ 0,36 miliar. Diikuti industri pengolahan meningkat 29,21 persen, dengan nilai ekspornya mencapai US$ 18,27. Kemudian nilai ekspor industri pertambangan mencapai US$ 5,93 atau meningkat 6,22 persen.
Sementara itu, nilai ekspornya industri pengolahan mencapai US$ 18,27 miliar. Peningkatan ekspor industri pengolahan berasal dari komoditas minyak kelapa sawit serta pakaian jadi atau konveksi dari tekstil.
"Kemudian untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga meningkat cukup impresif," kata Margo. Komoditas utama pendorong peningkatan ekspor di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berasal dari tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, dan komoditas kopi.
Berikutnya, sektor pertambangan dan lainnya meningkat sebesar 6,22 persen secara month to month. "Komoditas utama pendorong peningkatan ekspornya adalah batu bara dan lignit," tutur Margo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar