Pemerintah terus mendukung untuk menurunkan angka stunting pada anak Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp 44,8 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Targetnya pada 2014 angka prevalensi stunting ini bisa diturunkan pada angka 14%. Karena itu, diperlukan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak, agar persoalan stunting dapat lebih cepat dituntaskan. Peran industri, selama ini juga sudah signifikan, dalam mempercepat penanganan kasus stunting.
Sekadar informasi dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan yang diterbitkan pada 2021 mencatat kasus prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen. Ini artinya, Indonesia masih berada di atas batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) Vera Galuh Sugijanto, berkomitmen mendukung program pemerintah dalam menangani stunting. Misalnya dengan memberikan dukungan dalam bentuk akses layanan bahan pangan bergizi dan berkualitas.
Dia menyebut visi dan misi APPNIA adalah membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
"Caranya melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah, termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program yang sesuai dengan etika usaha," kata Vera, ditulis Kamis (29/9/2022).
Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki tinggi badan di bawah rata-rata akibat asupan gizi yang didapatkan dalam waktu panjang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Masalah ini tidak bisa dianggap sebelah mata sebab berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar