Tiga orang penting di negeri ini membawa pesan penting yang isinya mengingatkan agar semua pihak waspada. Pesan penting itu terkait 'krisis langka' yang membayangi dunia.
Ekonomi dunia diyakini akan mengalami resesi tahun depan. Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengemukakan bahaya resesi tersebut.
Pesan pertama dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengaku mendapatkan 'bisikan' tentang prospek perekonomian dunia tahun depan dari berbagai lembaga internasional dan pejabat dunia di G7. "Dunia sekarang ini dalam posisi yang tidak gampang, posisinya betul-betul pada posisi yang semua negara sulit," kata Jokowi, dalam acara 'BUMN Startup Day Tahun 2022,' dikutip Kamis (29/9/2022).
"Lembaga internasional sampaikan tahun ini, tahun 2022 sangat sulit. Tahun depan mereka menyampaikan akan lebih gelap," kata Jokowi.
Dia mengungkapkan perang Rusia danUkraina terbukti menjadi biang kerok utama ketidakpastian dunia pada tahun ini. Perang telah memicu berbagai macam krisis, mulai dari krisis energi, pangan, hingga sektor keuangan.
Lembaga internasional sampaikan tahun ini, tahun 2022 sangat sulit. Tahun depan mereka menyampaikan akan lebih gelap.
"Krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, Covid yang belum pulih, dan akibatnya kita tahu sekarang ini," ujar Jokowi.
Tidak ketinggalan, Luhut juga berbagi pesan soal 'hantu' resesi dunia. Dia bahkan menyebutnya sebagai 'perfect storm' atau badai yang sempurna. Luhut meminta semua pihak kompak menghadapinya.
"Sekali lagi saya imbau tetap rapatkan barisan kita untuk hadapi perfect storm yang sekarang ini sudah mulai terlihat ekonomi dunia terguncang dimana AS akan menaikan terus suku bunga," kata Luhut, dikutip Kamis (29/9/2022).
Dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga hingga 4,75 %. "Itu suka atau tidak suka pasti akan kena ke kita," tegasnya.
Ekonomi Indonesia sendiri, menurutnya, merupakan salah satu yang terbaik. Masalah inflasi pangan sudah mulai terkendali. Akan tetapi, dia melihat inflasi inti atau core inflation sudah naik.
"Inflasi sampai akhir bulan depan ini atau bulan ini mungkin sudah mendekati 5% sekian," kata Luhut.
Dia menilai masalah inflasi telah menjadi masalah dunia. Oleh karena itu, dia mengimbau ketahanan rumah tangga dan ketahanan desa harus diperkuat.
Luhut mencontohkan masalah pasokan cabai, bawang dan telur harus bisa diselesaikan di level desa. "Kalau ini bisa diselesaikan haqqul yakin kita gak akan banyak masalah seperti negara lain," tegasnya.
Dia pun bersyukur tidak ada antrean masyarakat untuk mendapatkan makanan.
"Kita sampai hari ini gak ada yang antre makan. Kalau kita lihat di London sekarang itu banyak market-market yang kosong, jadi kenapa? Mereka gak mau impor dari China. terus selama ini produksi dari China, mereka belum siap," ungkap Luhut.
"Jadi global issue harus kita waspadai dan kita bersyukur dan belum melihat tanda tanda ini."
Pesan bernada serupa yang diiringi kewaspadaan juga disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Mantan pejabat Bank Dunia ini membagikan sinyal waspada terkait dengan situasi ekonomi global yang akan menghadapi tekanan tidak biasa. Bahkan, belum pernah ditemui dalam 40 tahun terakhir, sejak 1980-an ketika Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga secara besar-besaran.
Dia mengingatkan bahwa situasi global terkini membuat semua pihak harus menjadi lebih waspada. Sama seperti Luhut, dia melihat suku bunga yang merangkak naik, dolar AS yang menguat, hingga inflasi yang menyentuh double-digit di negara maju.
"Karenanya Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2023 didesain sedemikian rupa, sebuah statement pemerintah dalam menjaga policy di tengah guncangan dan ketidakstabilan yang belum tentu terjadi dalam 40 tahun ini," kata Sri Mulyani dalam unggahan Instagram miliknya @smindrawati, dikutip Rabu (28/9/2022).
Menghadapi tantangan ini, Sri Mulyani membeberkan bahwa pendapatan negara diproyeksikan Rp2.463 triliun. Menurutnya, target ini aman bila melihat kondisi perekonomian kini yang proyeksi masa mendatang.
"Gejolak harga komoditas menjadi pendukung asumsi ini karena imbasnya yang cukup signifikan pada sisi pajak, bea keluar, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Namun, mekanisme untuk mengamankan penerimaan negara apabila harga komoditas tidak setinggi yang diasumsikan tetap kita siapkan," katanya.
Sementara itu, belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.061,2 triliun yang akan fokus pada peningkatan kualitas SDM, mendukung persiapan Pemilu, mengakselerasi pembangunan IKN, serta menyelesaikan beragam proyek infrastruktur strategis yang bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian. Transfer ke daerah dialokasikan Rp 814,7 triliun, untuk mendukung sektor prioritas yang akan dilaksanakan oleh daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar