Senin, 05 Desember 2022

ADA YANG MASIH INGAT DENGAN FILM JOKOWI? INI MUTIARA HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL

Ramai diberitakan media, atas saran pendukung Jokowi, Bara JP, Produser K2K Production KK Dheeraj mengambil keputusan memundurkan jadwal penayangan sampai suasana kondusif.

"Ditunda penayangannya. Kenaikan harga BBM mengakibat situasi politik yang panas. Jadi kita tunggu. Kalau suasana aman baru diputar lagi," ujar KK Dheeraj di kantornya Jumat (21/10) pekan lalu.

Kenaikan harga BBM bersubsidi membuat gejolak di berbagai sektor. Sementara film `Jokowi Adalah Kita` memberi pesan positif tentang perjuangan Jokowi. "Sayang kalau gara-gara panas BBM lantas malas nonton filmnya. Karena banyak contoh teladan di dalamnya," paparnya.

`Jokowi Adalah Kita` merupakan film kedua yang mengangkat kehidupan Jokowi di layar lebar. Tahun lalu, rumah produksi yang sama membuat Jokowi yang dibintangi Teuku Rifnu Wikana sebagai Jokowi dan Prisia Nasution sebagai Iriana, wanita yang kemudian diperistri Jokowi. Film Jokowi rilisan 2013 mengisahkan jatuh-bangun perjuangan pemuda bernama Joko Widodo yang berasal dari keluarga miskin hingga jadi pengusaha mebel yang sukses.

Film `Jokowi Adalah Kita` edar 20 Juni tahun lalu berdekatan dengan ulang tahun Jokowi--yang tahun kemarin sudah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta—serta berdekatan pula dengan ulang tahun Jakarta. Momen yang bagus sebetulnya. Namun, film Jokowi disambut dingin oleh masyarakat maupun pengamat film. Filmnya tak mencapai sukses masuk 10 besar yang terlaris tahun lalu. Sebagai catatan, film terlaris nomor 10 tahun lalu adalah `Get M4rried` dengan jumlah penonton 315.390 menurut laman filmindonesia.or.id. Ini artinya film `Jokowi` tak sampai jumlah itu. Data yang sempat terekam di Twitter, hingga 1 Juli 2013, `Jokowi` baru mengumpulkan 60.301 penonton. Kemungkinan besar, hingga habis masa edarnya di bioskop, `Jokowi` rasanya tak sampai mengumpulkan 100 ribu penonton.

Hasil film `Jokowi` yang biasa-biasa saja rupanya tak menyurutkan KK Dheraaj untuk sekali lagi membuat film tentang Jokowi. Kali ini yang disorotnya adalah kiprah mantan Walikota Solo itu saat menjadi Gubernur DKI Jakarta serta terpilih jadi presiden. Ben Joshua didapuk menjadi Jokowi, Agustin Taidy jadi Ahok, sedang Sylvia Fully jadi Iriana, istri Jokowi.

Dalam beragam kesempatan, KK Dheraaj selalu bilang bahwa film Jokowi maupun `Jokowi Adalah Kita` bukanlah film politik. Namun sulit dipungkiri, ketika sebuah film mengangkat seorang figur publik yang menjadi politisi, nuansa itu tetap terasa kental.

Lagipula, politik dan film bukanlah dua hal yang tak pernah bertemu di jagat perfilman kita. Di masa Orde Baru, Suharto memanfaatkan film sebagai salah satu media propaganda rezimnya.

Pada masa Orde Baru kita disuguhi film `Janur Kuning` (1979) tentang heroisme Presiden Suharto saat masih muda saat peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pengkultusan Suharto berlanjut lewat film kolosal lain yang pernah jadi tontonan wajib: `Pengkhianatan G30S/PKI` (1982). Film ini mengangkat kisah prahara 1965 dari sudut pandang Orde Baru. Mayjen Suharto (Amoroso Katamsi), Pangkostrad kala itu, mengambil kendali pimpinan ABRI, merencanakan serangan balik pada PKI, dan muncul sebagai pahlawan.

Menginjak apa yang disebut Era Reformasi, sejak 1998, telah lahir beberapa film bernuansa politik. Memang tak ada yang datang dari pemerintah. Ciri khas film bernuansa politik pasca Reformasi adalah  kisah biografi tokoh politik yang patut diteladani. Tokoh itu tak melulu harus presiden yang pernah menjabat, bisa juga pemimpin atau pendiri organisasi massa yang memiliki jumlah anggota yang besar.

Maka, kita disuguhi Sang Pencerah (MVP Pictures, 2010) tentang pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dhalan, `Sang Kyai` (Rapi Film, 2013) tentang pendiri NU KH Hasyim Asyari, Soegija` (SET Film, 2013) tentang Pastor Soegijapranata, `Habibie & Ainun` (MD Pictures, 2013) tentang Presiden BJ Habibie, atau Sukarno (MVP, 2013) tentang Presiden Sukarno.  

Jika diperhatikan semua film itu datang atas inisitif swasta. Bukan berasal dari niatan negara yang ingin  mengkultuskan seseorang. Memang, Departemen Pendidikan membuat kisah Bung Karno lewat `Ketika Bung di Ende`. Namun, film itu tak edar komersil.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EXIT POLL LUAR NEGERI! GANJAR MENANG SATU PUTARAN DI AUSTRALIA & AMERIKA

Viral di grup WhatsApp hasil exit poll Pilpres 2024 dimana pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menang. Ha...