Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perhimpunan negara-negara Asia Tenggara (Asean) di Phnom Penh, Kamboja, mengatakan kawasan Asia akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia.
"Situasi dunia memang sedang tidak kondusif saat ini. Namun, saya optimis bahwa kawasan Asia tetap akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia," kata Presiden Jokowi saat mengawali pertemuan dengan Presiden Asia Development Bank (ADB), Masatsugu Asakawa, di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (10/11).
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menggarisbawahi pentingnya upaya maksimal negara Asean untuk memelihara kesatuan dan sentralitas. Apalagi, Asean saat ini juga tengah menghadapi dua tantangan yang sangat berat yaitu menavigasi rivalitas kekuatan besar yang semakin tajam dan bagaimana memastikan Asean tetap relevan dan patuh terhadap piagam Asean, serta menyelesaikan krisis di Myanmar.
"Semua tantangan ini hanya dapat dihadapi bila Asean bersatu dan kuat. Pertanyaannya, apakah kita masing-masing sudah berupaya maksimal mungkin untuk memelihara kesatuan dan sentralitas Asean? Saya tidak ingin kesatuan dan sentralitas Asean hanya jadi mantra kosong," tegas Jokowi.
Presiden Jokowi pada kesempatan itu mengajak ADB untuk mengambil inisiatif-inisiatif konkret, khususnya yang bermanfaat bagi pemulihan ekonomi global yang inklusif.
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Brawijaya, Malang, Adhi Cahya Fahadayna yang dihubungi mengatakan seruan Presiden Jokowi itu harus ditindaklanjuti dengan mengatasi sejumlah kendala agar Asean menjadi motor penggerak ekonomi.
Bentuk Asean, jelasnya, terlalu fleksibel, sehingga banyak negara tidak patuh pada arahan atau rencana yang dibuat oleh organisasi. Ada prinsip non binding dan prinsip non-intervensi yang pada akhirnya akan membuat negara-negara anggota tidak patuh karena secara institusional Asean tidak bisa berbuat apa-apa.
Selain itu, perspektif masing-masing negara Asean masih fokus pada kepentingan nasionalnya masing-masing, sehingga keinginan untuk membangun kawasan secara bersama-sama masih kurang.
Hal itu yang menyebabkan Asean selama ini belum mampu berkontribusi yang lebih optimal terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan.
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, mengatakan situasi terakhir menunjukkan, kawasan Eropa sangat rentan terhadap rantai pasok energi dan bahan pangan.
Naiknya harga pangan dan energi menyebabkan ekonomi di Eropa dan Amerika Latin, sedangkan Asia secara umum tidak terlalu terdampak. "Hal ini karena beberapa negara Asia mempunyai ketahanan terutama energi dan pangan yang tidak bergantung kepada negara lain," kata Suhartoko.
Volatilitas Nilai Tukar
Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, mengakui bahwa dampak yang dialami oleh negara-negara di Asia tidak seberat yang dialami negara-negara di Eropa. Namun demikian, fenomena ekonomi global tetap perlu diantisipasi oleh negara-negara Asia.
Caranya beragam dan bergantung kondisi masing-masing negara, tetapi secara umum satu yang perlu diantisipasi ialah volatilitas dari nilai tukar. Ini kemudian menyebabkan depresiasi yang terus berlanjut sehingga imported inflation meningkat.
Khusus untuk Indonesia, demand-nya masih cukup kuat, nampaknya pertumbuhan ekonomi ini masih akan ditopang oleh demand dalam negeri, walaupun juga ada tekanan dari imported inflation tadi. "Ini juga perlu terus dijaga oleh BI dan Kemenkeu," kata Riefky.
Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Achmad Maruf, mengatakan Asia akan menjadi pengerek ekonomi dunia dan Indonesia bisa jadi motor utamanya karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan kawasan lain.
"Penduduk di Asia relatif lebih banyak dan masih tersedia ruang pertumbuhan yang tinggi ketimbang negara-negara maju yang rata-rata sudah mencapai titik optimum baik dari sisi pertumbuhan penduduk maupun pertumbuhan konsumsinya," kata Maruf.
Negara-negara Asia juga relatif memiliki stabilitas politik lebih baik dibanding negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar