Berkat kekonsistenannya di dunia politik, Ganjar dielu-elukan rakyat sebagai pemimpin teladan. Dia tidak pernah kapok terhadap siapapun yang menghabisinya. Setelah fitnah muncul, semangatnya untuk terus mengobarkan kegiatan anti-korupsi tak pernah pudar.
Keberhasilannya dibuktikan melalui program desa anti-korupsi yang dicanangkan KPK. Desa Banyubiru yang terletak di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang berhasil menduduki skor tertinggi dari kriteria desa-antikorupsi yang digagas KPK.
Tidak berbangga terlebih dulu, gubernur satu itu justru ingin terus mendorong semua desa yang ada di Jateng agar bisa mereplikasi desa Banyubiru. Berbanding terbalik dengan warga Banyubiru yang mendapat apresiasi, beberapa warga DKI Jakarta saat ini justru sedang tertatih-tatih memperjuangkan haknya.
Tepatnya kasus Kampung Susun Bayam (KSB) yang sampai sekarang masih menjadi sorotan publik. Kasus itu bermula dari tempat tinggal mereka yang digusur untuk pembangunan JIS. Kampung Susun Bayam didirikan sebagai ganti dari penggusuran itu.
Pada bulan Oktober sebelum Anies Baswedan lengser dari jabatannya, KSB diresmikan olehnya. Tapi yang aneh justru warga belum bisa menempati hunian itu hingga sekarang. Puncaknya akhir-akhir ini, mereka terus demo untuk memperjuangkan hak mereka.
Pj Gubernur DKI Jakarta yang baru, Heru Budi Hartono, menyerahkan urusan tarif sewa kepada PT. Jakpro. Karena proyek itu adalah proyek Anies bersama Jakpro. Saat harga yang dipasang tinggi, para warga kembali menyerbu mereka.
Yang benar saja, bagaimana bisa harga yang mereka pasang itu tinggi sekali? Disaat warga sudah kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran dan penghasilan mereka yang tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan.
Warga terus meminta keringanan harga yang semurah-murahnya sesuai budget di kantong mereka. Dalam aksi demo mereka juga menyebutkan nama Anies sebagai biang kerok dari apa yang menimpa mereka saat ini.
JIS sudah berdiri megah, tapi mereka melupakan tempat apa sebelum menjadi bangunan mewah itu. Mereka menelantarkan warga yang sudah menyumbangkan tempat tinggalnya untuk keperluan JIS.
Miris jika mendengar mereka sampai mendirikan tenda sebagai hunian sementara. Padahal mereka tidak sedang terkena bencana alam apalagi kemping di alam terbuka.
Oh mungkin namanya bukan bencana alam, tapi yang mereka alami itulah bencana dari salah satu makhluk Tuhan yang bernama Anies Baswedan. Sama halnya dengan sang tuan, Jakpro juga tidak ada yang beres kerjaannya.
Ada saja yang janggal, ada saja yang bikin kisruh. Setelah Formula E yang disinyalir terdapat praktik korupsi, kini proyek lamanya KSB belum juga kelar-kelar. Tidak salah lagi ketika Heru selaku Pj baru bertindak tegas untuk merombak besar-besaran kepengurusan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar