Nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto hingga saat ini tak pernah pudar dari ingatan masyarakat Indonesia.
Sekarang ini, Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai Bakal Calon Presiden (Bacapres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang.
Namun saat ini, belum diketahui siapa yang akan menjadi pendamping Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang.
Sebagaimana diketahui, Prabowo Subianto telah beberapa kali mengikuti Pilpres.
Sayangnya, Prabowo Subianto harus menerima kekalahan dari lawan dalam Pilpresnya kala itu.
Seperti yang diketahui, Prabowo sempat menjadi rival Presiden Joko Widodo dalam Pilpres sebelumnya.
Meski dulunya adalah rival, kini Prabowo justru akrab dengan Presiden yang akrab disapa Jokowi itu.
Prabowo mengatakan bahwasannya dia sama sekali tidak menyesal telah bergabung dengan kabinet pemerintahan Jokowi.
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengaku bersyukur dan bangga bisa menjadi bagian dari kabinet Jokowi.
“Sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Pak Joko Widodo saya ingin menyampaikan bahwa saya merasa tidak salah saya bergabung dengan Presiden Joko Widodo. Bukan saja saya merasa tidak salah, sekarang saya merasa bersyukur dan saya merasa bangga telah bergabung dengan Presiden Joko Widodo,” kata Prabowo dikutip AyoJakarta.com dari kanal YouTube Kompas TV pada Jumat (24/3/2023).
Prabowo kemudian mengungkapkan bahwa kedekatannya sekarang dengan Jokowi membuat negara-negara lain heran.
Pasalnya, banyak negara lain yang bingung bagaimana bisa dua orang yang sebelumnya adalah lawan bisa akrab setelah Pilpres selesai.
“Saya sebagaimana kalian mungkin ketahui, saya dulu rivalnya pak Jokowi. Tapi itulah, negara lain bingung lihat bangsa Indonesia. Bingung, bagaimana bisa dua rival, dua tokoh, kok begitu selesai pertandingan kok jadi satu,” ungkapnya.
Prabowo kemudian menyampaikan bahwa apa yang terjadi dengan dirinya dan Jokowi sulit terjadi di negara lain.
Menurutnya, hal ini bisa menjadi contoh negara-negara lain bahwa dua rival bisa bersatu untuk kepentingan bangsa dan rakyat.
“Di negara lain sulit, sampai sekarang di Amerika Serikat saja yang katanya mbahnya demokrasi, lahirnya demokrasi, sekarang dua partai besar kalau masuk ruangan katanya liat-liatan tidak mau duduk bersama,” tuturnya.
“Kita memberi contoh sekarang banyak negara-negara lihat ke kita, kalau sudah untuk penetingan rakyat, bangsa dan negara, kita akan mengutamakan kepentingan bangsa negara dan rakyat,” tutupnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar