Terhitung 8 bulan lagi , Pesta Rakyat yakni Pemilu 2024 akan segera dilaksanakan. Tanggal 14 Februari 2024 sudah ditetapkan oleh KPU sebagai hari dilangsungkan pemungutan suara. Rakyat dipersilahkan untuk memilih wakil anggota dewan (DPR) dan juga memilih langsung eksekutif (Presiden).
Pemilu 2024 sudah nyaris di depan mata , dengan melihat batas waktu yang semakin sempit, idealnya diikuti oleh gerak cepat persiapan terutama peserta partai politik untuk menyediakan dan menyiapkan infrastruktur politiknya.
Kebutuhan Urgensi politik secara menyeluruh adalah menyangkut koalisi partai dan juga siapa pasangan capres dan cawapres yang akan diusungnya.
Salah satu partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut 2014 dan 2019 yakni PDIP pun sampai saat ini belum deal baik siapa yang diusung capres dan cawapres dan juga apakah PDIP akan sendirian atau berkoalisi dengan partai lain.
Setidaknya di internal PDIP terdapat pihak yang sangat menentukan pencalonan presiden dan wakilnya. Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri dan Jokowi yang saat ini masih menjabat sebagai Presiden.
Megawati Soekarnoputri mempunyai hak prerogatif menentukan calonnya sementara Jokowi pihak yang sedang menjalani kekuasaan atas nama petugas partai . Jokowi masih punya power badan infrastruktur karena dalam fase jeda dilaksanakan pemilu Jokowi masih pegang kekuasaan.
Pengaruh kekuasaannya tesebut masih dibutuhkan dan berpengaruh terhadap ekosistem politik Indonesia. Jokowi juga masih mempunyai gerbong militan dalam bentuk organ relawan. Pasukan dan penggemar Jokowi masih ada.
Kombinasi Jokowi dan Megawati dalam menentukan pilihan capres dan cawapres dirasakan akan mempengaruhi konstelasi politik nasional. Apa yang menjadi harapan publik publik bisa terjawab cepat oleh kedua tokoh tersebut. PDIP yang saat ini sedang ditunggu adalah siapa yang akan diputuskan untuk dipilih Capres dan cawapresnya di Pemilu 2024.
Urusan Pencapresan 2024 rumit dan pelit, saling menahan , menyandera dan membuka konflik terbuka jika tidak dilakukan mitigasi konflik dan disepakatinya sebuah resolusi jalan tengah.
Di internal PDIP idealnya sudah sepakat Jokowi dan Megawati harus ada dalam satu paket pencapresan. Diakui oleh elite PDIP, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan terang-terangan menyebut bahwa pemimpin Indonesia pada 2024 mendatang harus melanjutkan warisan pemerintahan Jokowi.
Ganjar Pranowo Sebagai Jalan Tengah
Persoalan sangat krusial adalah siapa capres yang menjadi jalan tengah penyelamatan partai, elite partai dan gerbongnya?
Sosok nama Ganjar Pranowo akan menjadi titik akhir kompromi kepentingan bersama , Jokowi dan Megawati. Ganjar Pranowo Sangat identik dan selaras dengan platform kerja Jokowi. Gubernur Jateng ini didaulat bisa meneruskan tradisi politik pemerintahan Pak Jokowi dalam rahim ideologis nasionalis.
Dukungan Ganjar Pranowo sebagai jalan tengah kompromi politik ideal diutarakan oleh Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan satu suara mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024-2029.
Formulasi tersebut sangat ideal terjadi berdasarkan hasil SMRC yang menunjukkan elektabilitas Ganjar kembali naik setelah sebelumnya turun. Diyakini sampai saat ini saya masih punya keyakinan Jokowi dan Mega satu suara untuk (usung) Ganjar.
Portofolio utama Ganjar Pranowo menjadi jalan titik temu adalah Ganjar adalah kader PDIP yang paling potensial atau kompetitif dalam Pilpres kali ini. Demikian kata Saidiman dalam keterangan tertulis, Selasa (18/4/2023)
Selain itu, dia juga menyatakan ruang untuk Ganjar menaikkan elektabilitas masih cukup besar. Celah ruang dan peluang bagi Ganjar untuk meningkatkan elektabilitas seiring dengan semakin luas awareness publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar