Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bakal memusatkan kampanye Pilpres 2019 di Solo, Jawa Tengah. Peneliti Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Ali Munhanif menilai isu agama dan politik identitas mudah dimainkan di wilayah tersebut.
Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi sebelumnya memang berencana memindahkan pusat kerja pemenangan dari Jakarta ke Jawa Tengah.
"Salah satu alasan yaitu mudahnya isu identitas agama dan primordial di tingkat bawah Solo atau Jateng umumnya," kata Ali usai diskusi di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (13/12).
Ali menyebut Solo kerap menjadi tempat kelompok yang memiliki pemahaman radikal, baik kelompok kiri, kanan, maupun tengah. Dia memberi contoh, dahulu kerap terjadi gesekan antara kalangan santri dengan Islam abangan di wilayah Solo.
Apabila Solo berhasil dieksploitasi dengan politik identitas, Ali memprediksi tim Prabowo-Sandi akan menggaungkannya ke level nasional.
Dia menambahkan, Solo identik dengan kampung halaman Jokowi. Jika Prabowo menang di kandang lawan, maka hal itu bisa dianggap sebagai pencapaian ciamik.
"Umpamanya, di Solo saja kalah apalagi di tempat lain," kata Ali.
Dia juga menyinggung aspek psikologis turut menjadi faktor Prabowo-Sandi berani memecah suara di Jawa Tengah, khususnya Solo. Menurutnya, orang yang berkali-kali kalah, cenderung nekat.
Di samping itu, Ali mengatakan Solo juga termasuk wilayah yang strategis. Menurutnya, dari Solo, akan mudah pula tim kampanye mengeksploitasi wilayah Jawa Timur karena jarak yang tak terlalu jauh. Termasuk juga untuk menjangkau wilayah-wilayah seperti Yogyakarta dan Magelang yang berada di Selatan Jawa Tengah.
"Solo memang menjadi krusial. boleh jadi di mata banyak orang akan menjadi tempat pertempuran yang paling strategis karena bisa digelembungkan di level nasional," ucap Ali.
Sebelumnya, Direktur Materi Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengatakan pihaknya bakal memindahkan pusat kerja pemenangan dari Jakarta ke Jawa Tengah. Menurutnya, langkah itu diambil lantaran elektabilitas Prabowo-Sandi masih kalah cukup jauh dibanding Jokowi-Ma'ruf.
Sudirman yakin Jawa Tengah sudah tidak lagi identik dengan PDIP. Menurutnya, masyarakat Jawa Tengah sudah mampu melihat calon pemimpin yang bisa memberikan perubahan.
Sandiaga mengamini ucapan Sudirman Said. Dia mengaku masih butuh kampanye yang lebih intensif di Jawa Tengah. Meski begitu, dia mengatakan belum menentukan kota atau lokasi pusat pemenangan.
Ali memprediksi kubu Prabowo berupaya memainkan isu primordial yang cenderung ekstrem. Alasannya, menurut Ali, Prabowo sudah kesulitan mengeksploitasi isu lain.
"Mengapa memilih isu paling ekstrem dari identitas yang ada, karena pihak yang sering kalah ini sudah tertutup. Spektrum yang lain sudah tertutup," ucap Ali.
Dia menilai Prabowo-Sandi sulit mendapat hasil optimal jika memainkan isu ekonomi atau aspek lain. Menurutnya, patut diakui, Jokowi mendapat respons positif dalam hal pembangunan infrastruktur, penanganan terorisme, keamanan, dan seterusnya.
Faktor lainnya, kata Ali, adalah isu primordial yang ekstrem cenderung murah meski berbahaya, namun memperoleh hasil yang memuaskan.
"lawan mengambil posisi ekstrem, supaya isu pencapaian petahana itu kolaps semua," lanjutnya.
Contoh isu primordial ekstrem menurut Ali adalah ketika Jokowi kerap diserang dengan tuduhan keturunan kader Partai Komunis Indonesia (PKI), tidak mendukung agenda umat Islam, serta didukung oleh parpol penista agama.
Isu itu akan digelontorkan terus sebagai upaya untuk mengolah politik identitas secara ekstrem.
"Jadi bukan abangan dan santri. Tapi sama-sama Islam. Aspek yang paling ekstrem dari keislaman itu," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar