Pertama kali saya jatuh cinta adalah saat melihat Mas Ganjar bersosialisasi dengan masyarakat saat KKN. Dengan beliau menjadi gubernur, tentu kegiatan beliau membuat saya kembali jatuh cinta berkali-kali," ungkap Atikoh.
Perempuan bernama Siti Atikoh Suprianti ini lahir dari pasangan suami-istri di Purbalingga. Sang ayah adalah anak dari Kiai Hisyam Abdul Karim, tokoh ulama yang memiliki peran penting dalam Nahdlatul Ulama.
Setelah tamat sekolah menengah atas, atikoh mengenyam pendidikan perguruan tinggi di kampus yang sama dengan Ganjar Pranowo yakni di Universitas Gajah Mada. Barulah setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Tokyo University.
Banyak orang tak mengenal dekat perempuan hebat di balik Gubernur Jawa Tengah itu. Padahal peran ibu yang kerap dipanggil Atik itu untuk suaminya sangat luar biasa. Kesederhanaannya yang kini terlihat nyatanya sudah menghinggapi dua insan tersebut dari dulu.
Cerita sejoli itu berawal dari KKN di Temanggung, Atik ini adalah junior Ganjar yang berselisih 3 tahun dengannya. Tidak ada status pacaran yang ditawarkan Ganjar untuk istrinya. Hanya kalimat sekaligus doa “semoga kita berjodoh”.
Suami Atik itu miskinnya sudah dari lahir, cerita kencan menjadi saksi dua insan itu mengarungi susahnya kehidupan. Saat Ganjar akan berkencan dengan Atik, motor yang akan mengantarkan keduanya jalan-jalan harus mogok, sehingga mengharuskan satu diantaranya untuk berkorban.
Akhirnya Ganjar harus mengayuh pedal sepeda untuk menemui Atik di kosnya. Berjam-jam rela dikorbankan Ganjar demi menemui juniornya itu. Setelah sampai, ternyata pertemuan keduanya harus terhalang jam malam kos Atik. Ya, jadilah mereka hanya sempat mengobrol belasan menit saja.
Aku kira cerita klise ini hanya kudapat dari novel picisan saja, tapi dalam kehidupan pun ada. Itu hanyalah sepenggal romansa sebelum mengarungi bahtera rumah tangga. Berbagai ujian dalam rumah tangga pastinya sudah silih berganti menghinggapi keduanya. Namun sampai sekarang, keduanya masih berdiri kokoh dibarisan suami-istri yang memiliki peran hebat.
Sejak menjabat sebagai wakil rakyat 2004 lalu, Atikoh harus rela kehidupan suaminya terbagi antara keluarga kecilnya dan rakyat yang ikut andil dalam pertanggungjawaban sang suami. Hingga tepat pada 2013, amanah sebagai wakil rakyat bertambah level menjadi bapak dari provinsi Jawa Tengah.
Sejak itulah Atikoh ikhlas lillahita’ala mewakafkan suaminya untuk rakyat. Hal serupa yang Ganjar deklarkan dalam slogannya bahwa “Tuanku Ya Rakyat, Gubernur Cuma Mandat”. Selama menjabat jadi gubernur, waktu terus dimasifkan Ganjar untuk membawa daerah ini keluar dari zona nyaman.
Taglinenya saat kampanye yang berbunyi “Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi” mulai diterapkan dalam pemerintahannya. Peristiwa membongkar pungli yang berjalan mulus di Jembatan timbang menjadi awal gebrakannya, untuk memberantas segala bentuk korupsi.
Pada Pilkada 2018 lalu, Ganjar Pranowo kembali diberi kepercayaan rakyat untuk melanjutkan kepemimpinannya di Jateng. Taglinenya berkembang menjadi “Tetep Mboten Korupsi, Tetep Mboten Ngapusi”.
Gerakan anti korupsi Ganjar dalam memimpin ini, tidak luput dari peran istri dan keluarga kecilnya. Tindakan kecil selama menjabat gubernur, seperti pemberian barang gratisan saat berkunjung merupakan satu contoh kecil gratifikasi. Untuk itu Ganjar dan Atikoh selalu membiasakan untuk membeli barang ketika berkunjung di daerah UMKM, atau pameran dan event-event lainnya.
Berposisi sebagai istri seorang gubernur, tidak membuat Atik semena-mena dan menggunakan jabatan sang suami untuk kepentingannya sendiri. Misalnya saja dalam hal profesi yang ia sandang sebagai seorang Aparat Sipil Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar