Pengamat politik Adi Prayitno mengimbau agar momentum tahun politik 2024 dapat berjalan lebih sehat. Salah satunya dengan mengkritik visi dan gagasan bakal calon presiden dan bukan soal subjektivitas. Hal itu disampaikan Adi karena geram dengan ulah warganet yang menyandingkan foto Ganjar Pranowo dengan mantan artis film dewasa asal Jepang, Miyabi.
Adi menilai, hal itu kontraproduktif dan hanya melahirkan keributan yang tidak berkesudahan. “Saya mengimbau agar kritikan kepada bacapres harus bersifat substansif,” kata Adi seperti dikutip, Rabu (3/5/2023).
Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia ini meyakini, hal semacam itu membuat publik lelah. Parahnya, serangan vulgar serupa banyak memakan korban keributan yang berujung pada perpecahan dan laporan polisi.
“Banyak juga yang berurusan dengan pihak berwajib karena dianggap fitnah, hoaks, dan merusak nama baik," tutur Adi.
Dia melanjutkan, bukan tidak mungkin serangan-serangan kepada bacapres tersebut membuat pendukung masing-masing tokoh tersinggung, dan berujung pelaporan kepada pihak berwajib.
Adi mendorong, publik bisa lebih bijak, cermat dan pintar di tahun politik 2024. Saat mereka hendak mengkritik calon seperti Ganjar, Anies, ataupun Prabowo, bisa lebih pada substansi, seperti visi misi atau soal pernyataan kebijakan politik yang pernah dilakukan selama menjadi pejabat publik.
"Kalau ingin mengkritik Ganjar misalnya, kritik apa saja yang menjadi kelemahan Ganjar di Jawa Tengah, kritik Anies apa yang menjadi kelemahan Anies di Jakarta atau Prabowo ketika jadi Menhan dan seterusnya," contoh Adi.
Selain bersifat substantif, Adi meminta masyarakat memberikan kritikan yang terukur, mampu membangun demokrasi yang sehat, dan tidak memecah-belah bangsa.
"Saya kira Pemilu 2024 harus menjadi momen di mana kampanye politik terutama oleh pendukungnya itu harus konstruktif. Bukan lagi terlampau berlebihan yang justru akan merusak suasana batin kebangsaan kita," Adi menandasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar