Sepuluh tahun memimpin Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menorehkan beragam prestasi dan kemajuan di wilayahnya. Pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan hingga menekan angka kemiskinan. Tidak hanya itu, Ganjar juga melakukan terobosan dengan program yang berpihak kepada rakyat, seperti membangun sekitar satu juta rumah untuk warga dan memberikan uang muka nol persen.
Semua itu dilakukan Ganjar untuk membangun dan mensejahterakan warga Jawa Tengah selama sepuluh tahun kepemimpinannya. Pria yang akrab disapa Mas Ganjar ini paham benar tentang persoalan-persoalan ekonomi dan sosial di daerahnya. Bahkan dia tak ragu menyambangi warga dan berdialog untuk mendapatkan masukan dan solusi dari setiap persoalan yang dikeluhkan masyarakat.
Salah satunya adalah ketika dia menerima aduan warga tentang jalan rusak. Dengan memanfaatkan teknologi digital, Ganjar dapat memantau perbaikan jalan rusak langsung dari ponselnya.
Pria kelahiran Desa Lereng Gunung Lawu, Karanganyar, 28 Oktober 1968, adalah anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Pamudji dan Sri Suparni. Ganjar mengaku masa kecil tergolong sulit. “Bapak polisi rendahan, ibu saya ibu rumah tangga. Setiap bulan bapak saya gajian dikasih ibu, langsung diantar ke warung Mbak Yarni. Warungnya masih ada. Mbak Yarni punya buku tebal, sampulnya batik, isinya utang ibu saya,” kata dia dalam episode ‘Cerita Anak Kampung, Jumat, 21 April 2023.
Ganjar juga mengingat dengan keterbatasan ekonomi, apabila keluarganya ingin makanan bergizi pada tanggal muda, satu telur dibagi empat. Keterbatasan bukan menjadi alasan untuk menjadi maju. Sejak kecil, Ganjar diajarkan kedisiplinan oleh ayahnya.
Arsjad Rasjid Jadi Ketua TPN Ganjar Pranowo, Pengamat Singgung Soal Kepentingan Pengusaha di Atas Kepentingan Rakyat
Di tengah keterbatasan biaya, Ganjar mampu menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada 1995. Dia mengaku harus menyelesaikan delapan tahun gelar sarjana lantaran mengalami kendala keuangan saat kuliah di Universitas Gadjah Mada. “Saya langganan minta dispensasi telat bayar SPP ke Rektor UGM, ibu saya nangis tahu cerita ini,” kenang Ganjar.
Selepas dari kuliah, Ganjar sempat berkarir sebagai konsultan HRD di PT Prakarsa 1995 hingga 1999 sebelum total berkiprah di politik bersama PDI Perjuangan. Pada Pemilu 2004, Ganjar lolos menjadi anggota DPR-RI. Sebagai wakil rakyat, dia sempat duduk di berbagai komisi. Ganjar juga pernah menjabat sebagai anggota Pansus Angket Bank Century di DPR RI 2009-2010.
Kiprah sebagai pemimpin di Jawa Tengah dimulai ketika Ganjar memenangi pemilihan gubernur pada 2013. Kala itu, dia berpasangan dengan Heru Sudjatmoko dan berhasil menang dengan perolehan suara 48,82 persen. Sukses dengan periode pertama, Ganjar kembali mencalonkan diri pada 2018 berpasangan dengan Taj Yasin dan kembali terpilih sebagai Jateng 1.
Menjabat orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar meluncurkan program Jateng Gotong-royong untuk membangun lebih dari satu juta rumah layak huni. Total rumah layak huni yang diintervensi sejak 2016-2022 sebanyak 1,26 juta unit dari target 1,58 juta unit rumah.
"Kita bisa, kalau bisa bersama. Kalau tidak bisa sendiri, keroyok saja, gotong-royong. Anggarannya gotong-royong oleh pemerintah, pembangunannya gotong-royong oleh masyarakat,” kata Ganjar tentang program pembangunan rumah layak huni.
Masih soal rumah, Ganjar menggulirkan program rumah dengan uang muka nol persen. Program ini untuk membantu masyarakat memiliki rumah sendiri tanpa uang muka. Tiap warga diberikan stimulan bangunan rumah dengan modal angsuran tanah sebesar Rp 355 ribu per bulan. Sampai 2022, total sebanyak 770 unit rumah terbangun melalui program ini.
Di bidang pendidikan, Gubernur Ganjar menginginkan sekolah-sekolah di wilayahnya menjadi percontohan nasional. Selama memimpin Jawa Tengah, Ganjar menggratiskan biaya sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN).
Dia mengatakan SMKN Jateng merupakan satu-satunya sekolah yang berdiri di bekas gedung balai latihan kerja (BLK). Lulusannya bisa bekerja di industri sebagai tulang punggung keluarga yang kurang mampu.
Ganjar juga memberikan bebas biaya kepada siswa miskin yang menempuh pendidikan di SMKN. “Mereka diberikan asrama, seragam, alat tulis, makan, praktik dan biaya, semuanya gratis,” kata Ganjar.
Program SMKN semi-boarding ini digagas pada 2014 di tiga lokasi, yakni Kota Semarang, Kabupaten Pati dan Kabupaten Purbalingga. Ganjar mengatakan 90 persen lulusan program ini terserap oleh perusahaan. "Saat ini sudah dikembangkan di 15 kabupaten konsep SMKN semi-boarding," ujarnya.
SMKN Jateng memiliki lima jurusan, yakni teknik konstruksi dan perumahan, teknik pemesinan, teknik elektronika industri, teknik kendaraan ringan otomotif dan teknik instalasi tenaga listrik.
SMKN Jateng telah meluluskan sebanyak 1.837 siswa. Lulusan terdiri atas 3 SMKN Jateng, yakni SMKN Jateng Semarang 825 lulusan, SMKN Jateng Pati 336 lulusan, dan 676 lulusan SMKN Jateng Purbalingga.
Ganjar juga meningkatkan honor guru honorer atau tidak tetap sesuai upah minimum kabupaten (UMK). Dia tak ingin gaji guru tidak tetap di bawah gaji buruh di wilayahnya.
Khusus untuk pengajar agama di lembaga pendidikan, Ganjar memberikan bantuan insentif sebesar Rp 964,5 miliar selama 2019-2022. Bantuan tersebut sebagai penghargaan kepada pengajar agama yang telah menanamkan karakter melalui pengajaran akhlak dan budi pekerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar