Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menginginkan pemerataan ekonomi Indonesia. Hal ini sebagaimana tertuang dalam visi misi yang menggagas 'Menuju Indonesia Unggul Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari'.
Dalam gagasan visi dan misi Ganjar-Mahfud, pemerataan ekonomi itu salah satunya akan dilakukan dengan menyediakan 40 persen tempat usaha bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di lingkungan infrastruktur publik. Bahkan, sebesar 50 persen anggaran belanja barang atau jasa pemerintah dan badan usaha milik negara atau desa (BUMN/D) untuk koperasi dan UMKM.
Selain itu, keduanya berjanji akan memperbanyak dan merevitalisasi pasar tradisional. Transportasi publik akan lebih masif, nyaman, murah, dan menghubungkan tempat tinggal serta tempat kerja.
Sementara terkait permasalahan Papua, Ganjar-Mahfud akan mengurangi kesenjangan ekonomi sosial di provinsi tersebut. Caranya dengan memberi dukungan keuangan khusus, investasi infrastruktur, dan insentif pajak. Targetnya adalah pertumbuhan ekonomi Papua lebih merata dan memperbaiki taraf hidup warganya.
Pakar politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengapresiasi wacana pemerataan ekonomi yang digagas Ganjar-Mahfud. Menurutnya, peningkatan ekonomi masyarakat sangat penting, agar tidak terjadi ketimpangan sosial.
"Pemerataan pembangunan ekonomi tidak mudah, sulit ya. Presiden Jokowi juga dalam 10 tahun terakhir itu agak berat pemerataan ekonomi. Tapi memang ekonomi Indonesia harus merata, adil dan di seluruh negeri ini tanpa pengecualian ya," kata Ujang dihubungi JawaPos.com, Minggu (22/10).
Ujang tak memungkiri, pemerataan ekonomi harus diimbangi dengan pemerataan pendidikan. Hal itu pun tertuang dalam visi misi Ganjar-Mahfud yang ingin gerak cepat mewujudkan negara maritim yang adil dan lestari.
Pendidikan menjadi dasar agar tidak ada ketimpangan sosial. Tak dipungkiri, Ganjar juga dalam beberapa kesempatan menginginkan SDM unggul, melalui peningkatan pendidikan.
"Semua capres-cawapres biasanya dalam konsep apapun semuanya bagus. Tapi dalam praktiknya agak berat, karena ada tantangan-tantangan. Misalnya pendidikan masyarakat, tantangan wilayah, berbeda-beda budaya dan sebagainya, itu juga menjadi tantangan sendiri pembangunan pemerataan ekonomi," ungkap Ujang.
Oleh karena itu, wacana pemerataan ekonomi harus salah satu poin khusus jika ingin Indonesia Emas 2045 terwujud. Mengingat Indonesia juga akan menghadapi bonus demografi, yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Dalam konteks implementasi harus dapat perhatian, menjadi fokus agar visi misi Ganjar-Mmd bisa terealisasikan," tegas Ujang.
Sementara itu, Ganjar Pranowo menegaskan, pendidikan menjadi kunci dalam pemberantasan kemiskinan. Ganjar pun berencana mencanangkan program satu keluarga miskin satu sarjana.
Ganjar memaparkan ide dan gagasannya untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju, satu di antaranya terkait penghapusan kemiskinan. Pernyataan ini disampaikan Ganjar saat memberikan kuliah umum di Universitas Kristen Maranatha Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/10).
"Saya orang meyakini, untuk menyelesaikan problem kemiskinan yang terbaik adalah dengan pendidikan. Kenapa saya bilang begitu, karena saya sendiri contohnya," sambungnya.
Ganjar menceritakan, dirinya berasal dari keluarga sangat sederhana, bisa berhasil seperti saat ini karena pendidikan. Kalau ia tidak sekolah, maka mungkin nasibnya tidak seperti saat ini.
"Nah di situlah peran negara hadir. Bagaimana agar seluruh masyarakat Indonesia bisa mengakses pendidikan dengan baik," ujar Ganjar.
Selain itu, Ganjar juga mempunyai pengalaman dalam memutus kemiskinan dengan pendidikan. Saat memimpin Jawa Tengah, ia membuat sekolah boarding gratis untuk warga miskin bernama SMK Negeri Jateng.
"Semuanya gratis, tidur gratis, makan, sepatu, seragam, tas semuanya kami biayai. Dan yang bisa masuk ke sekolah itu syaratnya dari keluarga miskin," jelasnya.
Ia menyebut, program itu terbukti ampuh. Anak-anak miskin yang terancam tidak bisa sekolah akhirnya bisa mengenyam pendidikan. Hebatnya lagi, 100 persen lulusannya tidak ada yang menganggur.
"Mereka bekerja di perusahaan besar, ada yang di Jepang, Jerman, Korea dan lainnya. Dan mereka menjadi tulang punggung keluarga. Saya terharu ketika mereka mengatakan bisa melunasi hutang keluarga, membeli rumah, tanah dan lainnya. Mereka bisa mengangkat keluarga dari jurang kemiskinan," pungkas Ganjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar