Pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng tetap menjadi primadona di kalangan masyarakat Jawa Tengah.
Kepala Balai Transportasi Dinas Perhubungan Jawa Tengah, Agung Pramono mengatakan, saat ini ada tujuh koridor BRT Trans Jateng.
Tujuh koridor itu meliputi Semarang-Bawen, Semarang-Kendal, Purwokerto-Purbalingga, Magelang-Purworejo, Solo-Sragen, Semarang-Grobogan, dan Solo-Wonogiri.
Hampir dari seluruh koridor, penumpang paling banyak adalah kalangan pelajar dan kalangan buruh. "Dua kalangan penumpang yang paling besar (jumlahnya), yaitu pelajar atau anak-anak sekolah sama buruh. Itu yang paling besar dari semua koridor," kata Agung, Sabtu (16/9).
BRT Trans Jateng merupakan program pelayanan transportasi umum yang nyaman dan murah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
BRT Trans Jateng diluncurkan Gubernur Jateng periode 2013-2023, Ganjar Pranowo. Sejak diluncurkan pada 2017 hingga saat ini, puluhan juta orang telah menjadi pelanggan BRT.
Berdasarkan Data Balai Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) Jateng, BRT Trans Jateng telah melayani sebanyak 23.672.113 penumpang. Dengan kriteria penumpang meliputi kalangan umum, pelajar, buruh dan veteran.
Misalnya koridor Semarang-Bawen, sejak 2017- 2023 jumlah penumpang pelajar mencapai 1.156.832 orang, dan buruh 978.330 orang, serta veteran 2.276 orang. Atau, di koridor Purwokerto-Purbalingga pada kurun waktu yang sama, jumlah penumpang pelajar 1.065.985 orang, buruh 547.609 orang dan veteran 836 orang.
"Kami tahu, mereka (pelajar dan buruh) kan dalam kategori golongan menengah ke bawah. Kayak pelajar belum punya pendapatan, buruh pabrik yang segmennya pekerja keras, yang gajinya masih rata-rata UMR," jelas Agung.
Apalagi biaya atau tarif bus juga terbilang terjangkau. Bagi pelajar, buruh dan veteran tarifnya hanya Rp2000, sekali jalan. Sedangkan bagi penumpang umum Rp4000 ribu. Besaran tarif itu, menurut Agung, lebih hemat dibandingkan mereka menggunakan kendaraan pribadi.
Oleh karena itu, keberadaan BRT Trans Jateng dapat menunjang aktivitas pelajar dan buruh. Atau juga menunjang kegiatan masyarakat lain, misalnya pergi ke pasar, atau tujuan lainnya.
Demi kelancaran aktivitas masyarakat, harapannya pihak kabupaten/kota bisa menyediakan feeder agar BRT Trans Jateng dapat menjangkau masyarakat hingga ke pelosok.
Sejauh ini, di masing-masing koridor tersedia sebanyak 14 unit armada BRT Trans Jateng. Namun, khusus untuk koridor Semarang-Bawen tersedia 28 unit armada, karena padat penumpang.
"Koridor gemuk (padat penumpang) ya koridor Semarang-Bawen. Saat peak bisa 100 persen lebih. Saat off peak sekitar 70-80 persen. Di kisaran 85 persen," sambungnya.
Agung mengatakan, BRT Trans Jateng merupakan program layanan transportasi yang diinisiasi Ganjar Pranowo. Pada era kepemimpinannya, Ganjar ingin menyediakan transportasi yang aman, nyaman dan murah bagi masyarakat Jateng, terutama kalangan menengah ke bawah.
"Bagaimana masyarakat mendapatkan transportasi dengan biaya yang murah. Kata Pak Ganjar, pemerintah memang harus hadir mengusahakan angkutan umum terutama masyarakat bukan golongan atas," ujarnya.
Selain meringankan beban ekonomi masyarakat, keberadaan BRT Trans Jateng juga dapat mengurangi tingkat pemakaian kendaraan bermotor di jalan raya.
“Selain mengurangi kemacetan, juga mengurangi angka kecelakaan dan polusi udara. Jadi memang kepemimpinan Pak Ganjar sangat mendukung terhadap hal tersebut,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar