Indonesia mengirim 3 ulama perwakilan dari NU, Muhammadiyah dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ke Doha, Qatar dalam rangka dialog 3 trilateral ulama dengan mengambil tema “Re-Building Afghanistan through Education and with Islamic Values” (membangun kembali Afghanistan melalui pendidikan dan dengan nilai-nilai Islam).
Menlu Retno Marsudi mengatakan, dialog trilateral tersebut dilaksanakan di Doha, Qatar, antara ulama Indonesia, Qatar, dan Afghanistan.
Perwakilan 3 Ulama Indonesia membawa isu peran pendidikan islam dalam menopang ketahanan nasional, perempuan dan pendidikan dalam perspektif islam, dan Manifestasi nilai-nilai islam dalam memajukan perdamaian dan kehidupan masyarakat yang lebih harmonis.
Retno mengklaim bahwa dialog antar ulama ini berjalan baik dan terbuka. Di samping dialog trilateral dengan ulama Afghanistan dan Qatar, ulama Indonesia juga sedang bertolak ke Kabul, Afghanistan, bersama dengan ulama-ulama beberapa negara anggota OKI, kata Retno.
"Selain Indonesia, beberapa negara yang mengirimkan ulama ke Afghanistan antara lain Turki, Republik Guinea, Yordania, Pakistan, Nigeria, dan Sudan," ungkap Retno.
Retno juga menegaskan, komitmen Indonesia untuk terus membantu rakyat Afghanistan tidak pernah surut. Setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, demi kemanusiaan, Indonesia telah mengirimkan bantuan berupa bahan pangan dan nutrisi sebesar 65 ton pada 9 Januari 2022.
Indonesia juga berkomitmen menggelontorkan bantuan senilai US$2,85 juta atau Rp 41,6 miliar bagi Afghanistan yang kini dirundung krisis kemanusiaan sejak rezim Taliban kembali ke pucuk kekuasaan.
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, menuturkan RI puluhan miliar Bantuan ini akan diberikan dalam rentang waktu 2022 hingga 2024.
Sebagaimana diketahui, gelombang protes dari masyarakat pun bermunculan di wilayah Afganistan selama sepekan terakhir akibat adanya kekhawatiran bahwa rezim Taliban yang menjabat saat ini tidak akan jauh berbeda dari rezim kepemimpinan yang brutal dan penuh penindasan, seperti sebelumnya.
Ratusan orang yang berkumpul dalam sejumlah aksi demo di Kabul, Selasa (07/09), menolak kepemimpinan rezim Taliban saat ini mendapat tembakan timah panas saat berupaya dibubarkan oleh pasukan keamanan Taliban.
Sementara di Herat, ratusan demonstran berbaris membawa poster dan mengibarkan bendera Afganistan, meneriakkan "kemerdekaan.” Tidak lama setelahnya, dua jenazah dibawa dari lokasi unjuk rasa ke rumah sakit pusat kota Herat.
"Mereka semua mengalami luka tembak,” sebut salah seorang dokter kepada AFP, yang identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.
Aksi unjuk rasa juga digelar di sejumlah kota kecil dalam beberapa hari terakhir yang meminta perempuan turut dilibatkan dalam pemerintahan yang baru.
Pasca Pemberontakan yang dilakukan selama 20 tahun, Taliban yang sedang memasuki tahap transisi dari kelompok militar ke struktur pemerintahan, kini memiliki tugas kolosal untuk memimpin Afganistan yang mengalami kejatuhan ekonomi dan tantangan keamanan — termasuk dari ancaman Islamic States (IS) di negara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar