Pembangunan infrastruktur secara masif dan merata
di seluruh pelosok tanah air selama 5 tahun terakhir menjadi pondasi untuk kemajuan
Indonesia di masa depan. Ketersediaan infrastruktur menjadi modal Indonesia
meningkat menjadi negara maju, dan tidak terperangkap sebagai negara berkembang
saja atau “middle income trap”.
"Infrastruktur merupakan pondasi bagi
Indonesia untuk mampu berkompetisi dengan negara lain. Indeks daya saing
Indonesia masih berada pada posisi di tengah terhadap negara-negara lain. Kita
ingin berada pada posisi yang lebih tinggi. Kemudian kita akan masuk ke agenda
besar yang kedua, yaitu pembangunan sumber daya manusia dan selanjutnya baru
masuk ke agenda besar inovasi dan teknologi," kata Jokowi
Sebagai pondasi, dikatakan Jokowi pembangunan
infrastruktur memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Presiden dampak jangka pendek dari
pembangunan infrastruktur adalah menciptakan lapangan kerja. Sebab dalam proses
pembangunan, tentu dibutuhkan keterlibatan tenaga manusia sebagai faktor utama
pendukung pembangunan.
"Yang kedua, infrastruktur akan menciptakan
titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Sehingga peredaran uang tidak hanya
terjadi di Jakarta," kata Presiden.
Pembangunan infrastruktur, utamanya di daerah, akan
membuka akses baru atau semakin mempermudah akses yang sudah ada untuk
menjangkau wilayah tersebut. Kemudahan akses tersebut nantinya dapat
meningkatkan aktivitas ekonomi di suatu wilayah.
"Kemudian yang ketiga, ada perbaikan jaringan
logistik kita. Negara kita terdiri dari 17 ribu pulau. Infrastruktur yang sudah
kita kerjakan lima tahun kemarin harus disambungkan dengan sentra-sentra
produksi baik itu produksi pertanian, produksi nelayan, hingga industri
kecil," ucap Presiden.
Adapun yang keempat, Joko Widodo mengatakan
infrastruktur mendukung kegiatan pelayanan publik yang menjadi kewajiban
pemerintah untuk menyediakannya kepada masyarakat, seperti untuk menghubungkan
masyarakat kepada layanan Puskesmas atau Sekolah. "Saya berikan contoh
yang paling nyata. Misalnya dari Wamena ke Nduga yang sebelumnya harus jalan
kaki butuh waktu 4 hari 4 malam, dengan jalan yang sudah dibangun oleh
Kementerian PUPR sekarang hanya kira-kira 5-6 jam sudah sampai," ujar
Presiden.
Pembangunan infrastruktur menurut Presiden Jokowi
juga berarti membangun peradaban. Menurutnya, banyak budaya baru yang coba
dikenalkan atau ditegaskan dengan adanya suatu infrastruktur baru yang belum
pernah ada di suatu wilayah. "Budaya antre, budaya disiplin, dan itu
terlihat misalnya kita membangun MRT. Kelihatan di situ orang mulai ada budaya
antre dan budaya disiplin untuk masuk secara berurutan," ucapnya.
Terakhir, yang keenam, dikatakan Presiden membangun
infrastruktur berarti mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dengan konsep Indonesia sentris. "Tidak hanya di Jakarta yang dibangun,
tidak hanya di Pulau Jawa yang dibangun, tapi juga seluruh provinsi yang ada di
negara ini harus kita sentuh dengan kehadiran infrastruktur," ujarnya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan siap
menjalankan visi Presiden untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur dalam
lima tahun ke depan.
"Tugas ini harus kita sikapi dengan optimisme,
agar target tercapai. Lima tahun ke depan jalan tol yang akan terbangun
ditargetkan mencapai 2.500 km, yang meliputi Jalan Tol Trans Sumatera sekitar
2000 km, Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) sepanjang 184 km,
Yogyakarta–Bawen (77 km), dan Solo–Yogyakarta–Kulon Progo (91,93 km), Semarang–Demak
(27 km) dan Demak–Tuban–Gresik (236 km)," ujar Menteri Basuki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar