Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bercerita soal Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hampir dimusuhi banyak negara. Alasannya, karena sikap Jokowi yang enggan menandatangani perjanjian rantai bahan baku atau supply chain.
Cerita berawal dari saat Presiden Jokowi menghadiri pertemuan G-20 di Roma, Italia akhir tahun lalu.
Disebutkan, dalam pertemuan itu, Jokowi disodori rencana kerja sama rantai pasok global. Tentu saja, menurut Jokowi, dia sempat tergiur mengikuti perjanjian itu.
Apalagi, katanya, setidaknya ada 16 negara yang sudah berkumpul menandatangani kesepakatan global supply chain itu.
Hal itu diceritakan Jokowi saat memberikan arahan dalam peringatan HUT ke-7 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Desember tahun lalu.
"Saya pikir apa bagusnya kita ikut, kita ikut," kata Jokowi.
Namun Jokowi lalu berubah pikiran setelah membaca detail rencana kerja sama tersebut.
Jokowi memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut. Pasalnya, dalam kesepakatan ada klausul yang mengharuskan Indonesia terus mengekspor bahan mentah.
"Begitu baca, masuk ke ruangan, ndak, ndak, ndak. Ndak, kita nggak ikut. Semua bubar, enggak jadi. Hanya gara-gara kita enggak mau tanda tangan, semua jadi buyar lagi, karena saya tahu sebenarnya yang diincar hanya kita saja," tegasnya.
Jokowi menegaskan dibutuhkan keberanian dalam mengambil suatu kebijakan. Apalagi menurutnya, posisi Indonesia dalam hal memiliki peran yang cukup besar.
"Di WTO kalah, ya enggak apa-apa. Tapi kalau enggak berani coba, kapan kita akan lakukan hilirisasi. Kapan kita setop kirim raw material. Sampai kapanpun kita hanya jadi negara pengekspor bahan mentah," tegasnya.
Sikap tak peduli dengan gugatan di WTO ini kembali dilontarkan Jokowi. Terkait gugatan Uni Eropa yang memprotes kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah Indonesia, termasuk nikel.
Secara bertahap, tegas Jokowi, pemerintah akan menyetop komoditas lain seperti bauksit, tembaga, hingga timah.
"Nggak perlu takut setop ekspor nikel. Dibawa ke WTO nggak apa-apa. Dan keliatannya kita juga kalah di WTO. Nggak apa-apa, tapi barangnya sudah jadi dulu, industrinya sudah jadi. Nggak apa-apa, kenapa kita harus takut? Kalau dibawa ke WTO kalah. Kalah nggak apa-apa, syukur bisa menang," kata Jokowi saat membuka Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022 CNBC Indonesia bersama INDEF di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
"Tapi kalah pun nggak apa-apa, industrinya sudah jadi dulu. Nanti juga sama. Ini memperbaiki tata kelola dan nilai tambah ada di dalam negeri," kata Jokowi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar