Banjir bukanlah bencana yang asing kita dengar. setiap tahun di berbagai media massa bencana ini sering muncul sebagai dampak dari pemanasan global dan juga curah hujan yang tinggi. Berbagai upaya preventif dilakukan untuk mengatasi masalah banjir. Ada 2 teknik yang akan kita bahas yaitu normalisasi sungai dan naturalisasi sungai. apa maksudnya? bagaimana manfaatnya? Berikut penjelasannya!
Normalisasi Sungai
Konsep normalisasi sungai dapat dilihat dari kata dasarnya yaitu normal. Normal sendiri berarti menurut aturan atau menurut pola yang “umum”. Maka normalisasi sungai dapat diartikan dengan upaya mengembalikan fungsi sungai seperti semula berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan suatu instansi.
Normalisasi sungai sangat erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan di negara maju. Hal ini karena normalisasi sungai dilakukan dengan cara membeton pinggiran sungai dan menjadikan pinggiran sungai lokasi pemukiman. Tujuan dari normalisasi adalah merapikan bentuk sungai, memperlebar kembali badan sungai dan mengeruk kedalaman sungai agar kapasitas daya tampung sungai serta debit arus sungai ideal.
Naturalisasi Sungai
Naturalisasi sungai adalah pemulihan fungsi sungai dengan cara alamiah. Penerapan teknik naturalisasi sungai salah satunya dengan menghijaukan kembali pinggiran sungai. Penanaman pohon seperti bakau sangat ditekankan dalam teknik ini. penghijauan ini bertujuan agar air di permukaan tanah dapat terserap ke dalam tanah sehingga tidak terjadi luapan.
Memadukan Normalisasi dan Naturalisasi Sungai
Banyak pro dan kontra terhadap kedua cara penanggulan banjir diatas. Sebagian mengatakan bahwa normalisasi sungai merupakan tindakan memperburuk keadaan karena pembangunan yang akan dilakukan di Sungai. Ada pula yang setuju normalisasi sungai adalah cara yang paling tepat karena pinggiran sungai dapat dimanfaatkan menjadi tempat tinggal. Apalagi teknik normalisasi sungai sudah banyak digunakan di negara-negara maju seperti Belanda dan Venezuela. Begitu pula dengan teknik naturalisasi sungai yang memiliki pro dan kontra. Teknik ini dianggap paling aman karena tidak menimbulkan efek samping negatif jangka panjang. Meski begitu, naturalisasi sungai memiliki proses yang lambat dan tidak sebanding dengan kebutuhan penanggulangan.
Lantas manakah teknik yang paling baik? Daripada memperdebatkan memilih antara normalisasi dan naturalisasi sungai, memadukan kedua teknik adalah jalan terbaik. Baik normalisasi maupun naturalisasi memiliki kelemahan dan kekurangan masing-masing. Dengan menggabungkan kedua teknik, penanggulangan banjir dan efek samping kepada alam dapat dikurangi. Penggunaan normalisasi sungai sebagai bentuk tindakan darurat tercepat untuk membentuk debit air yang normal. Sedangkan penggunaan naturalisasi sungai sebagai bentuk pengurangan dampak negatif dari pembangunan.
Selain mempertimbangkan kedua teknik, penanggulangan banjir juga harus mempertimbangkan lokasi pemukiman di sekitar sungai. Pemukiman ini harus direlokasi agar penerapan normalisasi dan naturalisasi sungai dapat dirasakan manfaatnya.
Singapura
Singapura merupakan salah satu negara maju di Asia Tenggara. Banyak proyek-proyek pembangunan berkelanjutan yang diterapkan Singapura, salah satunya adalah naturalisasi sungai. Pemerintah Singapura menerapkan naturalisasi pada sungai Kallang di Bishan-Ang Mo Kio Park, pada tahun 2006.
Pada awalnya, kanal Sungai Kallang menerapkan konsep normalisasi yang mana di sepanjang kanal di beton untuk pencegahan banjir. Namun melalui program naturalisasi sungai, kanal Sungai Kallang diubah menjadi sungai yang meliuk alami dengan penghijauan di pinggiran sungai. Penghijauan di Sungai Kallang pun direncanakan sebaik mungkin dengan menerapkan ± 10 tipe teknik Bio Engineering dan tanaman produktif. Di bagian hulu terdapat biotipe yang berupa sebidang lahan yang berisi tanaman untuk penyaring polusi alami. Program naturalisasi sungai ini membuat penyerapan air di bantaran sungai meningkat dibandingkan dengan normalisasi.
Penyerapan air yang meningkat tidaklah cukup sebagai satu solusi penanganan banjir. Oleh sebab itu, penataan sungai dan bantaran sungai dilakukan terpadu dengan sistem antisipasi banjir. Air sungai dialirkan juga ke jaringan pengairan Singapura, lalu sedotan-sedotan pendek di sepanjang bantaran mengarah ke penampung luapan air yang berada di dalam Bishan-Ang Mo Kio Park, diletakkan juga batu-batu pemecah arus dan terakhir adanya sensor serta alarm tinggi air. Sistem sensor dan alarm tinggi air berguna agar saat air telah mencapai ketinggian tertentu, warga dapat segera mengungsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar