Sejak Joko Widodo mempertemukan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam acara panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023) lalu, sontak duet Prabowo dan Ganjar ataupun Ganjar dan Prabowo ramai digunjingkan sebagai pasangan capres-cawapres paling berpotensi meraup dukungan terbanyak dalam Pemilu 2024 mendatang.
Saking berpotensinya, sebagian menganggap, kendati banyak pasangan capres maupun cawapres yang dimunculkan dalam pemilu mendatang, duet kedua tokoh ini akan mampu menyapu suara pemilih dalam satu putaran pemilu. Sebagian lagi, dengan kalkulasi lebih hiperbolis, menyatakan pemilu telah usai sebelum dimulai.
Pertimbangannya, kedua tokoh sejauh ini menjadi rujukan papan atas dari elektabilitas calon presiden. Merujuk pada hasil survei elektabilitas calon presiden yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei kredibel, Ganjar dan Prabowo berada pada ranking teratas. Kalkulasi sederhananya, jika kedua tokoh berpasangan, barisan pendukung keduanya akan menyatu dan terakumulasi menjadi kekuatan elektoral yang belum dapat disaingi oleh tokoh lain.
Pertimbangan lain, dari sisi karakteristik pendukung kedua sosok. Baik Ganjar maupun Prabowo sejauh ini dikenal memiliki para pendukung dengan karakteristik yang berbeda. Perbedaan dukungan menjadi sisi lebih jika kedua tokoh dipasangkan. Gabungan dari kedua karakteristik pendukung yang berbeda menjadi kekuatan yang melengkapi dan sekaligus merepresentasikan secara lengkap gambaran seluruh pemilih di negeri ini.
Dari sisi karakteristik demografis, misalnya, tampak kedua barisan pendukung punya perbedaan yang cukup signifikan. Ganjar hingga sejauh ini lebih terfokus didukung para pemilih di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sementara Prabowo, dukungan pemilih luar Jawa cukup signifikan dan diperkuat pula oleh sebagian Jawa, yang lebih terkonsentrasi di Jawa Barat. Gabungan keduanya menjadikan barisan pendukung yang relatif identik dengan struktur demografis pemilih di negeri ini.
Pada pemandangan lain, dari sisi sosio-ekonomi pun kedua pendukung tokoh tersebut saling melengkapi. Dari sisi jenjang pendidikan, misalnya, gabungan keduanya mampu merepresentasikan kekuatan dukungan secara nasional yang masih terkonsentrasi pada kelompok pendidikan menengah ke bawah. Kondisi yang juga tidak banyak berbeda tampak pada sisi kelompok ekonomi, yakni kedua pendukung tokoh tersebut berada dalam lapis kategorisasi ekonomi menengah hingga bawah yang selaras dengan struktur pengelompokkan ekonomi masyarakat di negeri ini.
Tidak kalah penting, dari sisi politik. Penggabungan kedua sosok tersebut secara politik menjadi suatu kekuatan yang tergolong dominan. Dari sisi latar belakang partai politik, misalnya, duet kedua tokoh mampu menjadi daya tarik bagi para pendukung politik dari beragam latar belakang partai politik yang memiliki basis dukungan besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar