Hasil survei Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) menyebutkan bahwa 74% reponden meyakini Presiden Jokowi akan mendukung bakal calon presiden (capres) dari PDIP Ganjar Pranowo maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dukungan tersebut diberikan Jokowi sebagai petugas partai dari PDI Perjuangan.
Hal ini ditegaskan Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam dalam Rilis Surnas Keberlanjutan vs Perubahan: Dinamika Peta Politik Menuju Pemilu 2024 di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
"Karena masyarakat betul-betul merasa Pak Jokowi adalah petugas partai dari PDIP, maka dipersepsikan sebanyak 74% Pak Ganjar Pranowo akan didukung oleh Presiden Jokowi," ujar Ahmad.
Kendati demikian, Ahmad mengungkapkan terdapat data berbeda mengenai pandangan elite politik terkait dukungan Jokowi pada kandidat capres. Mayoritas para elite yakin, dukungan Jokowi perlahan bergeser ke Prabowo Subianto.
"Sedangkan di level elite cukup kuat bahwa dukungan dari Pak Jokowi mulai bergeser kepada Pak Prabowo Subianto dan itu dalam konteks akumulasi elektoral berimplikasi positif terhadap elektabilitas Pak Prabowo Subianto itu sendiri," jelasnya.
Sementara itu, 56,2% responden masih memilih capres-cawapres yang mengusung semangat keberlanjutan. "Mayoritas responden akan memilih capres-cawapres yang mengusung tema keberlanjutan, sedangkan 43,1% memilih capres-cawapres yang mendukung tema perubahan," ucap Ahmad.
Ia mengingatkan angka tersebut tidak jauh berbeda dari perolehan suara dalam Pilpres 2014 maupun Pilpres 2019.
"Ketika narasi tentang keberlanjutan tentunya sama. Waktu itu, Presiden Jokowi menjadi petahana meraih 55% dan Prabowo meraih 45%," tambahnya.
Selain itu, dalam konteks narasi, peta keberlanjutan kontra peta perubahan, jika dibelah menjadi dua angkanya tidak jauh berbeda. Namun, tetap ada yang perlu diantisipasi dari 56% itu.
"Angka 56% tidak jadi angka tunggal karena gerbong keberlanjutan per hari ini terbagi menjadi dua gerbong yaitu pendukung Prabowo dan pendukung Ganjar," pungkas dia.
Survei tersebut dilakukan pada 9-20 Juni 2023 dengan teknik pengambil sampel survei ini yakni multi-stage random sampling.
Terdapat 1.400 responden dari 38 provinsi dari seluruh Indonesia yang mempunyai hak memilih atau sudah menikah. Teknik pengambilan data dalam survei itu adalah wawancara tatap muka dan batas kesalahan (margin of error) 2,62%.
Ganjar Butuh Cawapres yang Tepat
Direktur PoliEco Digital Insight Institute Anthony Leong mengatakan, Ganjar Pranowo selalu memiliki tingkat elektabilitas tinggi di berbagai survei. Meski demikian, Ganjar tidak akan begitu saja dengan mudah memenangi kontestasi pemilihan presiden. Ia membutuhkan sosok calon wakil presiden yang tepat sebagai pendamping.
“Jika ingin elektabilitasnya terus naik dan menang dalam pilpres maka Ganjar harus cermat dalam memilih cawapres. Tokoh yang dipilih sebagai cawapres untuk mendampingi Ganjar harus membawa efek kejut sehingga bisa mendongkrak dari sisi elektabilitas dan menutup kekurangan Ganjar dari sisi elektabilitas, ini penting agar tidak terjadi stagnasi,” kata Anthony kepada Investor Daily di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
PDIP, kata dia memiliki track record kerap menyandingkan capres yang diusungnya dengan sosok yang dipandang sebagai karakter Islam moderat sehingga bisa menjadi penyeimbang dari ideologi nasionalis yang digaungkan partai berlambang banteng dengan moncong putih tersebut.
Untuk itu, tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) berpotensi besar ditunjuk sebagai cawapres Ganjar Pranowo. Kondisi ini mengakibatkan Golkar dan PAN belum memutuskan merapat ke koalisi PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres.“Faktor penting yang jadi variabel utama partai-partai belum merapat ke koalisi pendukung Ganjar karena PDIP sendiri cenderung ingin yang jadi Cawapres Ganjar adalah Tokoh NU Sepuh atau Senior, sehingga tidak seperti memelihara anak macan bagi Pilpres berikutnya pada 2029,” kata Anthony.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar