Pakar komunikasi dan pengajar Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya, Agustinus Rahardjo mengatakan pola blusukan awalnya memang dipopulerkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjabat Wali Kota Surakarta 2005-2012.
Namun, cara blusukan yang dilakukan calon presiden (capres) 03 Ganjar Pranowo lebih sempurna dengan menginap di rumah rakyat.
Blusukan yang menjadi cara seorang pemimpin untuk mendengar langsung aspirasi masyakat, disempurnakan Ganjar dengan menginap di rumah warga. Kebiasaan blusukan dan menginap di rumah warga, bahkan sudah dilakukan Ganjar sejak awal memimpin Jawa Tengah.
“Blusukan atau gaya mendengar Jokowi dilakukan oleh Ganjar secara lebih sempurna dengan menginap di rumah rakyat. Seperti dilakukan di Boyolali, Wonosobo, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Utara, dan lainnya” kata pria yang akrab disapa Jojo ini, Rabu 3 Januari 2024.
Semasa menjabat gubernur, Ganjar rutin blusukan dan menginap di rumah warga, dan membuat acara bertajuk ‘Ngopi Bareng Gubernur’. Tradisi blusukan dan menginap di rumah warga itu dilanjutkan Ganjar ketika menjadi calon presiden. Ganjar rajin blusukan dan menginap di berbagai pelosok desa di tanah air.
“Setiap hari saya cek perjalanan Pak Ganjar, bisa ke berbagai lokasi tanpa kenal capek. Bertemu milenial Gen Z, tokoh agama, ibu-ibu, UMKM, buruh pabrik. Dalam blusukan ini, Ganjar tampak orisinil, genuine, banyak mendengar, merespons dengan gaya khasnya yang tidak menggurui,” jelasnya.
Oleh sebab itu, dirinya juga sepakat dengan yang disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Kehadiran Presiden Joko Widodo di Jawa Tengah ketika sedang dikunjungi Ganjar Pranowo, bukan suatu masalah.
Blusukan menjadi bukti bahwa Jokowi dan Ganjar terbiasa untuk melakukan blusukan yang juga menjadi kebiasaan para kader-kader banteng. Hal inilah yang tak bisa diikuti oleh Capres Prabowo Subianto.
“Saya sepakat dengan pendapat yang menyatakan Ganjar Pranowo merupakan sosok Jokowi 3.0 Ini kalau kita berpandangan bahwa Jokowi 01 itu pada era pemerintahan presiden 2014-2019, Jokowi 2.0 di periode 2019-2024. Maka, sosok yang layak disebut sebagai Jokowi 3.0 ya Ganjar, bukan tokoh lainnya, apalagi Prabowo yang karakternya beda sekali dengan Jokowi,” kata Agustinus Rahardjo.
Dengan blusukan dan menginap di rumah warga, Ganjar merasakan langsung apa yang dirasakan masyarakat. Ganjar bisa mengetahui persoalan yang dihadapi, serta kebutuhan yang diinginkan masyarakat secara lebih detail.
“Ganjar benar-benar menghayati keseharian, mencium keringat wong cilik secara langsung. Sebagaimana juga dilakukan Pak Mahfud saat menginap di pesantren di Jember dan lokasi-lokasi lain,” jelasnya.
Padahal, sebagai capres, Ganjar bisa saja memilih tidur di hotel atau penginapan terbaik di kota yang dikunjungi setelah blusukan ke berbagai lokasi. Namun, Ganjar lebih memilih tidur di rumah guru ngaji, tokoh masyarakat, atau warga biasa.
“Mereka yang diinapi ini bukan ketua pengurus ranting, ketua TKD atau ketua PAC partai pengusung lho,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, dalam ilmu komunikasi politik, blusukan (impromptu visit, kunjungan dadakan) dilakukan dengan kampanye door to door. Kampanye dilakukan kandidat secara tatap muka dengan mendatangi masyarakat secara langsung.
Situasi ini bertujuan untuk menciptakan keintiman personal dalam artian tidak ada jarak fisik dan jarak protokoler formal. Dengan blusukan, masyarakat bisa melihat secara dekat kepribadian calon pemimpinnya.
Pertemuan komunikasi tatap muka ini juga dapat dimaknai bahwa para calon 'nguwongke' (memanusiakan), menempatkan rakyat bukan pada konteks relasi rasional untung-rugi (antara pemilih dan terpilih), namun sebagai mitra. Sehingga rakyat tak dapat dipisahkan dari keberhasilan calon pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar