Pengamat Ekonomi Institute for Development Economic and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika mengatakan selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terdapat enam keberhasilan ekonomi SBY, tetapi terdapat pula 10 indikator yang mengalami kegagalan.
Ke-10 indikator kegagalan pemerintah SBY, menurut Indef adalah.
Pertama, ketimpangan sosial atau gini ratio naik 0,5 persen.
Kedua, kontribusi sektor industri terhadap PDB menurun.
Ketiga, neraca perdagangan defisit US$ 4,06 miliar.
Keempat, pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi tidak menciptakan lapangan kerja. Elastisitas pertumbuhan 1 persen dalam membuka lapangan kerja, turun dari 436 ribu menjadi 164 ribu.
Kelima, efisiensi ekonomi semakin memburuk, di mana rasio investasi atau ICOR melonjak 0,33 persen dari 4,17 persen menjadi 4,5 persen.
Keenam, tax ratio turun sebesar 1,4 persen.
Ketujuh, kesejahteraan petani menurun.
Kedelapan, utang pemerintah mencemaskan. Terdapat penurunan rasio utang terhadap PDB tetapi pembayaran bunga utang menyedot rata-rata 13 persen dari anggaran pusat.
Kesembilan, APBN naik namun disertai defisit keseimbangan primer. Tahun 2004 keseimbangan primer surplus 1,83 persen dari PDB, sedangkan tahun 2013 defisit 1,19 persen.
Dan kesepuluh, postur APBN semakin tidak proporsional, boros dan semakin didominasi pengeluaran rutin dan birokrasi.
Erani mengatakan 10 indikator kegagalan pemerintah SBY harus dicermati dengan baik oleh pemerintah Joko Widodo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, jika tidak, maka pertumbuhan ekonomi tidak akan berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar