Aku sangat paham betul, jika rasa suka mereka terhadap gubernur Jawa Tengah itu sedikit luntur.
Tapi tidak denganku, aku masih berada di barisan yang ingin mengawalnya menuju panggung demokrasi, dan pastinya yang mendoakannya menjadi pemimpin negara ini.
Aku bisa menulis dan berbicara lantang seperti ini, karena melihat bagaimana pendapatnya dari sudut pandangnya sebagai pemimpin, yang hanya menginginkan kedamaian dan menjamin keamanan serta keselamatan rakyat.
Oh, jangan lupakan bagaimana pendahulu kita, yaitu Soekarno juga menyuarakan penolakan tentang hal apapun jika berkaitan dengan Israel. Bahkan kala itu, Soekarno pernah melarang keikutsertaan Israel dalam ajang Asian Games 1962, pastinya dibalik larangan itu ada alasan kuat.
Lha ndelalah, moment yang dialami Ganjar ini sama juga dengan yang dialami Soekarno. Apa salahnya dia yang jadi panutan Ganjar dalam mengambil keputusan? Lagian keputusan yang dia ambil itu tidak bertentangan dengan apapun kok, justru keputusan itu dikeluarkan Ganjar dengan berbagai pemikiran yang matang.
Ibarat kata begini, kalau mau dipakai ya syukur, kalau enggak pun ya nggak jadi masalah. Pertanyaannya kenapa pendapat Ganjar ini disebut menjadi alasan FIFA, untuk membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20?
Sikap Ganjar ini yang memperlihatkan jati dirinya sebagai pemimpin. Jika dibandingkan dengan kepala daerah lain, apa ada yang seberani Ganjar? Gubernur Bali, I Wayan Koster saja tak seperti dia walaupun satu suara dengan Ganjar. Lhoh bedanya dimana antara dua orang tersebut?
Jelas terlihat bagaimana tindak-tanduk dua pemimpin itu, setelah menyatakan sikapnya. Ganjar tidak seperti Koster yang sembunyi, dan tiba-tiba menutup akses kolom komentar media sosialnya.
Ya sudah hadapi saja, karena sebuah keputusan itu memang ada risikonya, apalagi keputusan yang diambil itu berbau sensitif. Ya, Ganjar menerimanya. Bukan hanya sebagian, tapi semuanya. Mereka yang berada di barisan pencinta sepak bola sejati dan yang baru saja bergabung menjadi pecinta sepak bola pun juga banyak, yang menghampiri lapak koment media sosialnya.
Ia paham, itu bentuk kekecewaan mereka atas pendapat yang ia keluarkan. Tidak sekali ini keputusan Ganjar dihajar, berkali-kali, sebelum ini pun banyak. Hahaha, kepo ya kalian???
Pertama, saat Ganjar menyatakan dengan lantang untuk menolak praktek korupsi dan gratifikasi. Apa dia didiamkan begitu saja oleh para bedebah penguasa negari ini? Tidak, kawan!
Kala itu sebelum memasuki periode kedua menjadi Gubernur Jawa Tengah, dia dihajar atas statemennya itu melalui fitnah kasus korupsi E-KTP yang sama sekali tidak ia lakukan. Ia dirujak habis-habisan juga kala itu, banyak pihak menjebaknya. Tanpa terkecuali orang awam yang berani membuat kesaksian palsu. Tapi, kebenaran menemukan tempatnya.
Alhasil, semua clean and clear, terbukti itu sandungan saja yang menjegalnya agar masyarakat Jateng tidak mempercayainya kembali. Tapi Tuhan menunjukkan semuanya, Ganjar masih dipercaya masyarakat Jateng untuk menjadi kepala dari daerah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar